PERINGATAN ISRA' MI'RAJ HIMAFI



PERINGATAN ISRA’ MI’RAJ
HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA (HIMAFI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
27 RAJAB 1440 M/ 2019 M
Isra Mi’raj merupakan hari untuk memperingati perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, SAW ke surga yang hanya ditempuh dalam waktu semalam. Isra’ Mi’raj diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) pada hari Kamis, 28 Rajab 1440 M, tepat pada tanggal 04 April 2019. Isra’ Mi’raj diangkat dengan tema “Isra’ Mi’raj sebagai Momentum Evaluasi Ibadah dan Media Pencerahan”. Dimana isra’ mi’raj diadakan dengan mengangkat beberapa perlombaan yaitu MSQ dan Nasyid yang diikuti oleh 6 peserta MSQ dan 7 peserta Nasyid denang dewan juri merupakan senior mahasiswa fisika yaitu kakanda Nurwidya Anggraini S. Pd dan kakanda Romi Kurniawan. Acara hari besar islam ini dibuka langsung oleh Ketua Jurusan Ibu Dr. Hj. Prima Aswirna, S. Si., M. Sc.
Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj diperingati, pada umumnya para khatib menghubungkannya dengan perintah sholat. Begitu pentingnya ibadah sholat, sehingga Rasulullah sampai dipanggil langsung bertemu Allah di langit.Sholat adalah pilar agama. Sedang sholat berjama’ah dapat disebut “pilar negara”, karena memberi pelajaran berharga model kepemimpinan dalam Islam, yang tetap relevan sampai kapanpun. Kepemimpinan Islam bukanlah diktatur (karena imam bisa diingatkan bila salah dan diganti bila batal), juga bukan demokratis (karena syarat dan rukun sholat tak bisa didiskusikan). Pemimpin dipilih oleh rakyat untuk memimpin dengan syariat dari Tuhan Yang Maha Esa. Sudah benar bahwa di konstitusi kita tidak tersurat “demokrasi” namun “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Namun Isra’ Mi’raj sebagai sebuah perjalanan ajaib di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha di bumi yang diberkati juga memiliki dimensi sains dan politik. Dimensi sains karena perjalanan Isra’ saja yang menempuh jarak kurang lebih 1250 Km pada masa itu sudah sesuatu yang mustahil ditempuh dalam semalam. Memang saat ini, dengan pesawat supersonik, perjalanan itu dapat ditempuh 15 menit saja. Namun peristiwa mi’raj ke langit tentu tetap misterius.  Andaikata perjalanan pergi-pulang ke langit itu ditempuh dari ba’da Isya (sekitar pukul 20) sampai menjelang Shubuh (sekitar pukul 04), maka jarak bumi – langit adalah 4 jam. Bila Nabi beserta malaikat jibril bergerak dengan kecepatan cahaya, maka jarak yang ditempuh baru sekitar 4.320.000.000 Km, atau baru di sekitar Planet Neptunus. Belum keluar tata surya. Bintang terdekat Proxima Alpha Centaury ada pada jarak sekitar 4,2 tahun cahaya. Tidak mungkin dikunjungi pergi-pulang dalam semalam.
Apalagi ada kendala Teori Relativitas Khusus. Menurut Einstein, materi yang bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka akan mengalami kontraksi ukuran sampai mendekati nol, dan pada saat yang sama massanya mendekati tak terhingga. Apakah Nabi mengalami hal itu? Misteri ini tentu makin menantang para ilmuwan muslim untuk menjawab dengan berbagai teori fisika yang dikenal saat ini. Teori Einstein sudah terbukti ribuan kali di dunia fisika partikel, dan juga pada satelit yang mengorbit bumi 90 menit sekali sambil membawa jam atom. Oleh karena itu, dalam memperingati Isra’ Mi’raj sudah sewajarnya kita kuatkan kembali keimanan, lalu kita jadikan sholat berjama’ah sebagai model kepemimpinan Islam. Kemudian kita jadikan cinta sains untuk membangun ulang peradaban Islam, yang akan menjadi bekal memerdekakan bumi Islam yang terjajah.










Komentar

Postingan populer dari blog ini